Selasa, 31 Maret 2009

bapak penjaja koran

bapak nongkrong di persimpangan lampu merah tengah kota
rambut yang memutih semakin hilang warna diterpa terik matahari
tas dari jahitan kain perca menggantung di leher rentanya
di balik situ berlembar koran jajaan terlipat rapi..
dikelompok-kelompok sesuai nama..

sesekali bapak mendongak melihat lampu berubah merah
berdiri ia susah payah menopang tubuhnya dengan tongkat yang dijepit di bawah ketiak kanan sebagai satu kakinya
dari mobil ke mobil lain ditempelkannya judul koran di balik kaca pengemudi
rejeki bila ada yang menurunkan kaca dan membayar seharga 2ribu
terkadang ada yang ikhlas memberi lebih, dan bapak menunduk syukur untuk itu..
terus seperti itu..

kalau bapak iseng, bapak bolak-balik lembar koran,
mencari barangkali ada berita keadilan untuk orang seperti bapak..
bapak membaca sambil memicingkan mata - karena penglihatan sudah dimakan umur..

..
sang surya mulai menepi ke barat,
bapak pulang ke rumah kotak kayu yang disusunnya di seberang jalan
ditaruhnya sisa koran sambil meluruskan kaki yang pegal karena menggantung selama berjualan..
bapak membasuh bagian tubuhnya - bapak wudhu..
lalu mengenakan kopiah lusuh berumur setengah dari hidup bapak..
bapak menunggu adzan - menuju rumah TUHAN yang memberi rejeki hari ini..

Qq-30mar09
(Setelah sore hari melihat perjuangan bapak di simpang Gelael-Batam)

0 komentar: