Selasa, 14 April 2009

menyerahlah..

bukan aku yang tak ingin berbagi dengan kau lagi, tanpa kau sadari sepertinya waktu yang kini tak berpihak pada kita, seakan menenggelamkan kita pada samudera sesat, hingga kita betul-betul tak tahu jalan untuk kembali, kita seperti meraba-raba untuk bisa menapaki bebatuan pada semak rerumputan, itu semua membikin kita semakin jauh dan kita sama-sama kehilangan kau-aku yang dulu..

tapi aku tak bermaksud menggantikan kau dengan siapapun, sama saja perkerjaan yang menyita hati dan pastinya akan sia-sia, jadi kau jangan menodongku dengan pertanyaan ini itu, khususnya tentang kita, karena ingar-bingar di luar sana telah menelan bulat-bulat apa yang akan jadi alasannya. tinggal aku saja yang tersendat hendak berkata apa. ini lah bagian yang paling aku tak suka, kenapa setiap hal mengharuskan aku yang memilih kata?? apa kau tak tahu kalau aku terkadang merasa kehabisan dan ketar-ketir mengais pikiran untuk bisa berucap sesuatu..

begini, mungkin saja kebersamaan kita yang terabaikan terlalu jauh, hingga menambah pekat kegelisahan kita dalam mengambil pilihan, pergi atau tetap disini.. toh, kita yang masih saja memaksa bertahan, yang sejujurnya hanya menambah kesakitan.. betul tidak?

kenapa tidak mencoba mengalir saja mengikuti jalannya? aku itu tertatih benar dengan ini, kali ini aku harus bangga mengaku aku kalah (aku bilang aku, tak tau kau), tepatnya hati dan keyakinanku.. apa yang terjadi pada kita belakangan ini sudah meruntuhkan apa yang sudah susah payah kubangun..

jadi, maafkanlah aku yang terpaksa menyerah ini, aku hanya prihatin dengan jiwaku yang bosan menangis tanpa airmata, yang semua orang tak bisa tembus itu, termasuk kau. yang kutau kau dan mereka selalu beranggapan aku itu beruntung dan hebat, ahhhh.. salah itu semua, tak ada yang tau kerapuhan di dalamnya, bahwa sewaktu-waktu bisa saja mati kaku..

harapanku, semoga kita masih bisa duduk berdua, membicarakan ini, ditemani gemerisik dedaunan dan memandang gemercik air di kolam berjuta teratai yang meneduhkan hati, agar pikiran kita ini sama-sama dingin dulu, percayalah, kali ini aku tak akan mundur lagi.. izinkanlah aku membahagiakan diriku, walau mungkin kau menjadi pihak yang tersakiti, tapi tak ada harga yang mampu membayarnya..

cobalah kau ikut menyerah bersamaku, sepertinya itulah pilihan yang paling tepat, aku tak akan berkilah bila katamu aku mementingkan diriku sendiri, sangat tak apa, tapi yang kutahu, selama ini aku selalu mendahulukan kubu mu (lagi-lagi ini menurutku yah).

semoga yang akan kita hadapi ke depan tak pernah akan serumit ini, dan semoga jiwa kita bisa sama-sama terbebas dari pasungan yang menyiksa ini. aku hanya inginkan dia yang kekurangannya bisa kucintai, hingga aku tak perlu jadi munafik lebih lama, begitupun kau, mungkin ......


Qq-13April09

0 komentar: